Laman

Sabtu, 29 Januari 2011


KESELAMATAN KERJA DILABORATORIUM


Praktikum adalah salah satu bentuk strategi mengajar yang digunakan terutama untuk pengajaran sains, untuk membantu mahasiswa memahami konsep–konsep sains yang dibahas di ruang perkuliahan. Kegiatan praktikum memungkinkan mahasiswa terlibat dalam penyelidikan dimana mahasiswa memakai pikiran mereka dan menarik kesimpulan (berhubung dengan benda–benda nyata) dan dapat menggali ide–ide baru serta menghubungkan konsep dan teori dengan data yang dikumpulkan lewat pengamatan pribadi.
Dalam kegiatan praktikum, mahasiswa secara langsung melakukan uji coba atas hipotesis yang dikembangkan atau membuktikan kebenaran teori atau prinsip-prinsip sains yang berlaku. Kegiatan praktikum dapat dilaksanakan karena dapat menunjang atau membantu mahasiswa dalam memahami tentang materi-materi yang diperolehnya diperkuliahan.

TUJUAN KEGIATAN PRAKTIKUM
            Seorang tokoh pendidikan sains Phichas Tamir (1976), mengemukakan  empat alasan utama untuk menggunakan praktikum dalam pengajaran sains:
1.      Sains terdiri dari pokok-pokok yang sangat kompleks dan abstrak yang membuat para mahasiswa pemula sulit memahaminya tanpa pertolongan benda-benda nyata dan kesempatan untuk memaniipulasi.
2.      Kegiatan praktikum memberikan mereka kesempatan untuk berpartisipasi dalamnya dan memiliki kesan terhadap metode dan semangat dari sains.
3.      Pengalaman praktis penunjang berkembangnya keterampilan yang berdampak luas dan merata.
4.      Mahasiswa yang menyenangi kegiatan praktikum ini biasa termotifasi dan tertarik pada sains.
Menurut Utomo dan Ruijter (1994) bentuk kegiatan praktikum efektif untuk mencapai secara bersamaan tiga tujuan pengajaran seperti berikut :
1.      Keterampilan kognitif yang tinggi yang sasarannya agar mahasiswa terlatih untuk mengerti teori, dapat mengintegrasi teori-teori yang berbeda dan dapat menerapkan teori-teori pada kenyataan persoalan yang ada.
2.      Keterampilan afektif yang sasarannya adalah belajar merencanakan kegiatan secara mandiri, belajar bekerja sama dan belajar mengkomunikasikan informasi mengenai bidangnya serta belajar menghargai bidangnya.
3.      Keterampilan psikomotorik yang sasarannya adalah belajar memasang peralatan sehingga betul-betul berjalan dan belajar memakai peralatan dan instrumen tertentu.
Tujuan praktikum menurut Shulman dan Thamir (1973) bahwa tenaga pengajar dapat menentukan salah satu tujuan berikut :
1.      Mendorong dan mempertahankan minat, sifat yang baik, kepuasan, keterbukaan dan rasa ingin tahu terhadap sains.
2.      Mengembangkan pikiran yang kreatip dan kemampuan untuk memecahkan masalah.
3.      Mendorong sebagai aspek dari pikiran keilmuan termasuk bagian-bagian dari metode sains seperti merumuskan hipotesis.
4.      Mengembangkan pemahaman konsep dan potensial intelektual.
5.      Mengembangkan keterampilan proses seperti merancang dan melakukan penyelidikan mengukur, merekam data, menganalisis dan menafsirkan hasil percobaan dalam praktikum.

MANFAAT PRAKTIKUM
Manfaat praktikum tersebut adalah :
ü Melatih keterampilan
ü Mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan
ü Pembuktian ilmiah
ü Menghargai ilmu dan pengetahuan yang dimiliki
ü Pengalaman bekerjasama.

PERANAN PRAKTIKUM
Walaupun kegiatan praktikum telah lama menjadi bagian dari pendidikan sains di banyak negara, peranannya telah mengalami perubahan maju dan mundur diantara penjelasan (elucidation) dan pembuktian (verification) serta penyelidikan (investigation) untuk menemukan fakta-fakta dan sampai pada prinsip-prinsip.
Ada berbagai pendekatan kegiatan praktikum, dan hasil yang dicapai juga berbeda untuk pendekatan kegiatan praktikum yang berbeda. Menurut Nggandi Katu (1996). Secara umum pendekatan praktikum yang sering dilakukan terbagi dalam 5 kategori :
1.        Verifikasi atau deduktif
Pendekatan ini mungkin yang paling banyak dipakai dalam praktikum Fisika. Mahasiswa melakukan praktikum Fisika yang bertujuan untuk menjelaskan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan hokum-hukum. Dosen sebelumnya sudah menjelaskan ide utama melalui kuliah, diskusi, atau bacaan, dan kemudian diikuti dengan praktikum untuk mengilustrasikan dan membuktikan ide-ide itu dengan kegiatan nyata.

2.        Induktif
Pendekatan ini merupakan kebalikan dari kegiatan deduktif. Para mahasiswa diberi kesempatan lewat kegiatan praktikum untuk membangun konsep, prinsip dan hukum lewat pengalaman tangan pertama sebelum didiskusikan dan diajarkan oleh dosen di dalam kelas. Kegiatan induktif melatih mahasiswa menggabungkan potongan-potongan hasil pengamatan mereka menjadi satu kesatuan.

3.        Keterampilan Proses
Pendekatan ini dikembangkan untuk menopang pendapat bahwa sains merupakan suatu cara penyelidikan atau suatu cara berpikir. Proses berpikir yang dikaitkan dengan sains dan secara khusus dengan kegiatan praktikum sering disebut keterampilan proses didalamnya termasuk mengamati, mengklasifikasi, menggunakan hubungan ruang / waktu, menggunakan bilangan,mengukur, melakukan, inferensi, memperediksi , mendifinisikan secara operasional, memformulakan  model, mengontrol   variable, dan melaksanakan percobaan. Sering ketrampilan-ketrampilan dasar  dan ketrampilan terintegrasi . Trampil dalam melakukan pengamatan merupakan syarat utama keberhasilan suatu penyelidikan. Oleh karna itu keterampilan ini perlu sungguh-sungguh dilatihkan kepada  mahasiswa. Hasil pengamatan setiap individu  memusatkan pengamatannya pada  gejala yang di rasa penting.

4.        Keterampilan Teknik
Kemampuan teknik yang baik sangat penting untuk berhasilnya suatu paktikum. Dalam kegiatan praktikum mahasiswa sering dituntut mampu mengoperasikan dan memanipulasi peralatan dan alat ukur yang digunakan. Karena itu kegiatan praktikum haruslah juga menyangkut pengembangan keterampilan-keterampilan. Dosen maupun mahasiswa harus menguasai keterampilan teknik dasar laboratorium yaitu keterampilan manipulative yang berkaitan dengan bidang sains yang diminati. Misalnya, seorang dosen fisika inti perlu mengusahai keterampilan teknik dasar seperti membaca dan merangkai percobaan dan juga memanipulasi rangkaian percobaan teknik pengukuran yang dipakai, dan hasil pengukuran.

5.     Ekplorasi
            Kadang-kadang perlu juga mahasiswa diminta lewat kegiatan praktikum untuk mengeksplorasi ide, konsep, prinsip atau teori tanpa prosedur yang ditentukan. Mahasiswa hanya diberi persoalannya dan mereka diminta untuk merancang praktikumnya.

JENIS PRAKTIKUM
Berdasarkan jumlah peserta per satuan kegiatan praktikum dapat dibagi atas praktikum individual, beregu (berkelompok), dan demonstrasi.
ü  Praktikum individual
Praktikum yang mengharuskan setiap mahasiswa secara individual mengikuti semua prosedur praktikum termasuk menyusun laporan praktikum. Cara ini mempunyai kekuatan dalam hal memberi kesempatan kepada setiap mahasiswa mendapat pengalaman belajar dan berlatih bekerja mandiri baik dalam melaksanakan praktikum maupun dalam menyusun laporan. Kelemahan cara ini adalah bahwa mahasiswa kurang diberi kesempatan untuk berlatih bekerja dalam kelompok (teamwork) baik sebagai pemimpin maupun sebagai anggota. Selain itu, untuk kegiatan serupa ini diperlukan bahan dan peralatan dalam jumlah yang memadai. Jika peralatan kurang, mahasiswa mungkin harus bergilir untuk menggunakan alat-alat sehingga praktikum menjadi kurang efisien dan mengurangi bobot kredit yang sesungguhnya.

ü  Praktikum beregu
Memungkinkan mahasiswa untuk berlatih bekerja sama dalam kelompok dalam situasi pemimpin dan terpimpin. Salah seorang dari mereka berperan sebagai pemimpin yang mengamati dan membantu mahasiswa yang sedang melakukan praktikum. Pemimpin akan beralih peran menjadi terpimpin setelah mahasiswa yang berpraktikum selesai melakukan tugasnya dengan baik. Yang seperti ini merupakan situasi yang sangat ideal. Lebih baik lagi, kalau dosen dapat merencanakan agar penulisan laporan dilakukan secara kelompok juga tanpa menguragi kemandirian para penulis. Yang kurang baik adalah kalau praktikum beregu merupakan keterpaksaan karena bahan dan peralatan yang kurang karena akan menurunkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Lebih-lebih, kalau anggota regu terlalu banyak sehingga di antara mereka ada yang hanya berperan sebagai pengamat. Para pengamat ini dirugikan karena pengalaman belajar mereka sangat sedikit.

ü  Praktikum Demonstrasi
Hal yang baik untuk melengkapi pertemuan tatap muka teori di kelas atau untuk memulai suatu kegiatan praktikum yang harus didahului dengan demontrasi namun bukan sebagai kegiatan praktikum sendiri. Demonstrasi ini mungkin hanya dapat dilakukan kalau menyangkut peralatan yang sangat “rawan” atau bahan yang sangat mahal.

Ditinjau dari segi pengendalian, praktikum dibagi menjadi dua kategori yaitu praktikum mandiri dan praktikum terkendali.
ü  Praktikum mandiri
Setiap mahasiswa/regu diberi kesempatan untuk melaksanakan praktikum tanpa pengawasan yang ketat. Hal ini hanya mungkin terjadi kalau prosedur cukup sederhana atau prosedur yang kompleks namun mempunyai langkah-langkah yang sangat jelas. Idealnya, setiap mahasiswa bahkan dapat menentukan sebagian dari ketentuan praktikum sesuai dengan minatnya misalnya dalam penentuan kadar vitamin C, mahasiswa dapat memilih bahan apa yang akan diukur. Lebih ideal lagi, kalau dikerjakan secara beregu dengan jumlah anggota regu yang sedikit misalnya dua orang.


ü  Praktikum terkendali
Diperlukan kalau prosedur yang kompleks tidak dapat dilaksanakan tanpa bimbingan yang ketat atau kalau praktikum mengikutkan alat yang rawan dan mahal sehingga harus dikelola dengan sangat hati-hati. Praktikum yang seperti ini mungkin harus didahului dengan demonstrasi untuk setiap langkahnya sebelum mahasiswa melaksanakan sendiri. Praktikum dapat dilakukan di laboratorium, lapangan, atau di dalam kelas.

ü  Praktikum lapangan
Diperlukan bagi bidang-bidang teknik, pertanian, sains yang berhubungan dengan lapangan/lingkungan, humaniora, dan ilmu-ilmu sosial. Praktikum inni dapat dilakukan secara individual atau beregu, mandiri atau terkendali.

ü  Praktikum di kelas
Digunakan kalau praktikum tersebut berupa diskusi atau pengajaran prosedur yang hanya berkaitan dengan alat-alat tulis dan gambar yang tidak memerlukan studio gambar.

JUMLAH DAN METODA PERCOBAAN
            Dalam merancang jenis dan jumlah percobaan yang harus dilakukan mahasiswa, dosen harus menentukan berapa percobaan yang harus dilakukan mahasiswa selama 1 semester, dan percobaan apa saja yang harus dilakukan yang sesuai dengan kurikulum serta apakah tersedia peralatan yang siap beroperasi dengan baik dia akan dipakai dalam praktikum sesuai dengan yang direncanakan.maka dosen dalam merancang jenis dan jumlah percobaan yang harus dilakukan mahasiswa, perlu memperhatikan hal-hal berikut ini :
1.    Waktu yang dialokasikan
2.    Keterampilan yang harus dikuasai atau konsep apa yang harus dipahami
3.    Percobaan apa saja yang disediakan atau yang dapat disediakan
4.    Perkiraan waktu pelaksanaan masing-masing percobaan termasuk waktu persiapan dan perhitungan/ analisis/ laporan (sebaiknya diujicobakan terlebih dahulu).
Untuk ini maka dapat dibuat daftar percobaan yang dapat dan sesuai untuk digunakan dengan perkiraan waktu pelaksanaan, setelah itu dipilih yang paling diperlukan dan sesuai dengan jumlah waktu yng tersedia dengan memperhatikan waktu yang dapat digunakan setiap kali melakukan kegiatan laboratorium. Terbuka kemungkinan untuk melakukan dua atau lebih percobaan setiap kali (session).
Suatu hal yang perlu diperhatikan adalah bekal dasar untuk melakukan percobaan yaitu :
1.      Kemampuan menggunakan alat,membaca hasil pengukuran termasuk ketakpastiannya.
2.      Menentukan ketidakpastian hasil percobaan yang menggunakan pengukuran tunggal maupun berulang.
Pastikan bahwa mahasiswa sudah mempunyai bekal tersebut atau masukan dalam program.
            Metoda praktikum perlu dikembangkan agar mahasiswa lebih bergairah dan agar praktikum lebih efektif dan efisien dalam mencapai sasarannya, sehingga perlu sekali dikembangkan metoda-metoda yang baru baik dengan cara memvereasi metoda yang sudah ada untuk mendapatkan suatu metoda yang benar-benar sesuai dengan menyapaian target/ sasaran pembelajaran yang diingini dosen. Beberapa metoda praktikum yang umumnya digunakan yaitu :
1.     Metoda Konvensional
Metoda Konvensional atau metoda ‘buku resep’ dimana praktikam atau mahasiswa tinggal melakukan perintah yang ditulis dalam intruksi praktikum atau dibimbing langkah demi langkah. Kegiatan yang demikian sering tidak melatih mahasiwa untuk berpikir, mereka cenderung tidak mendapatkan pengalaman yang baru dan biasanya cepat melupakan apa yang sudah dilakukan dan memerlukan asisten yang banyak.

2.        Metoda praktikum mandiri
Metoda praktikum mandiri yang sering disebut modul memiliki karekteristik sebagai berikut: sebelum melakukan praktikum mahasiswa diberi motifasi untuk menghadapi masalah yang akan dihadapinya. Sasaran praktikum dituliskan dengan jelas apa yang akan mereka peroleh sesudah melakukan praktikum. Tugas-tugas untuk dilakukan dirumah diberikan, agar mereka benar-benar siapmenghadapi masalah-masalah yang mungkin baru sama sekali. Mahasiswa dapat merancang terlebih dahulu apa yang akan mereka kerjakan di laboratorium, dan bagaimana mengolah serta menganalisa datanya kemudian. Untuk bekerja dengan alat-alat yang rumit mereka disediakan ‘rekaman video’ berisi penjelasan bagaimana menggunakan alat tersebut. Bagaimana mengadakan pengunaan serta menyetel bagian-bagian fungsi dari tombol-tombolnya, dll.
Diharapkan dengan metoda ii masalah kekurangan asisten dapat diatasi, karena dengan metoda praktikum mandiri ini mahasiswa telah banyak bekrja mandiri. Apabila ada masalah mengenai alat  hal-hal yang baru , mahasiswa dapat memutar kembali rekaman videonya, tidak perlu bolak-balik bertanya kepada asisten.
3.        Metoda Simulasi Dengan Komputer
Dengan kemajuan teknologi dewasa ini, khususnya dalam bidang computer, mungkin juga nanti robot, bidang pendidikan dapat ditingkatkan dalam mencapai keefektifan dan efisiensinya. Dalam menyusun simulasi praktikum dengan computer peralatannya yang sukar diperoleh dapat dibuat simulasinya dengan program computer. Pengukuran, control, pemecahan masalah baik baik secara grafis maupun analisis dapat dibantu oleh computer. Masalah-masalah yang sebelumnya tidak dapat dibayangkan dapat diberikan kepada mahasiswa untuk dipecahkannya, dengan bantuan computer.  Pengembangan dalam bidang ini perlu sekali dimulai dan diadakan kerja masa yang erat antar intansi, khususnya instansi pendidikan, dalam membuat program-program serta membuat ‘interface’ sehingga membudayakan penggunaan computer dalam pendidikan meningkat, dengan demikian mahasiswa dapat memperoleh dasar-dasar lebih kuat nantinya bila mengadakan penelitian.

INSTRUKSI ATAU PENUNTUN PRAKTIKUM
Dalam merancang instruksi atau penuntun praktikum, misalnya penuntun praktikum praktikum fisika inti dimana harus sesuai dengan kurikulum atau materi perkuliahan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan :
1.        Apakah objektifnya menekankan pencapaian tingkat keterampilan tertentu.
2.        Apakah objektifnya menekankan pada pemahaman konsep.
3.        Apakah latar belakang teorinya telah diperoleh di kuliahdan sesuai mana objektifnya menuntut kemampuan pemahaman teori tersebut.
4.        Apakah tersedia peralatan yang dapat beroperasi dengan baik sesuai dengan yang direncanakan , hal ini dapat dilakukan dengan pengecekan alat tersebut bekerja sama dengan teknisi, agar siap beroperasi dengan sempurna bila akan dipakai dalam praktikum, memperbaikinya segera bila ada kerusakan
5.        Apakah diinginkan mahasiswa bekerja mandiri
6.        Apakah tersedia cukup asisten.
7.        Apakah diiginkan mahasiswa merancang sendiri percobaan yang akan dilakukannya.

Jika objektifitasnya mencapai tingkat keterampilan tertentu maka diperlukan waktu yang cukup untuk melakukan pengulangan-pengulangan, begitu pula untuk tingkat ketelitian yang tinggi diperlukan pengukuran berulang.
Bila penekanan diberikan pada pemahaman konsep melalui praktikum maka perlu diberikan penjelasan/ pertanyaan/ tugas yang mengkaitkan besaran yang diukur dan ditentukan (prinsip percobaan) dan soal-soal mengenai penerapan konsep.
Jika teori yang diperlukan tidak atau belum disajikan sebelum percobaan dilakukan, maka dalam penuntun praktikum harus diberikan teori yang cukup, agar mahasiswa dapat memahami tentang apa yang hendak dilakukan. Bila dikehendaki mahasiwa bekerja mandiri/ dibantu sedikit oleh asisten atau terpaksa karena kurang asisten, maka menuntun praktikum haruslah lebih lengkap. Bentuk lain yang menuntun praktikumnya sedikit (tidak lengkap) saja adalah praktikum yang harus dirancang sendiri oleh mahasiswa semacam proyek kecil atau penelitian.

MEMPERSIAPKAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Dalam persiapan pelaksanaan praktikum, dosen hendaknya merencanakan : jadwal waktu, disiplin kerja, sanksi, dan evaluasi. Untuk kelas besar, masalah penjadwalan waktu merupakan masalah yang cukup rumit. Batasan waktu dan jadwal kuliah lain dengan terbatasnya ruang serta asisten merupakan masalah yang jauh sebelumnya harus diselesaikan. Disamping hal tersebut, masih ada lagi masalah yang selalu timbul yaitu mengenai praktikum susulan. Terutama bagi praktikan yang sakit, atau mungkin karena harinya dipakai oleh kegiatan akademik lainnya. Untuk hal tersebut diatas dapat dilakukan dengan membagi mahasiswa atas beberapa kelompok/gelombang dan menyediakan waktu praktikum susulan.
Untuk mempersiapkan pelaksanakan, umumnya setiap dosen sudah memiliki seperangkat target atau output dari kegiatannya. Untuk mencapai targetnya dosen tersebut membuat persiapan dan merencanakan langkah-langkah kegiatan praktikum yang perlu dilakukan mahasiswa. Kegiatan praktikum biasanya dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :
1.    Tahap diskusi pra laboratorium
Diskusi pra laboratorium sangat penting untuk memusatkan perhatian mahasiswa atas topik praktikum dan apa yang akan dilakukan. Juga diberi informasi mahasiswa tentang tujuan praktikum. Dosen dapat pula menggunakan tahap ini untuk mendengarkan pemahaman mahasiswa terhadap konsep yang akan diamati. Mereka dapat mengajukan dugaan apa yang terjadi.

2.    Tahap Pengarahan
Arahan yang iberikan untuk kegiatan praktikum harus jelas. Arahan dapat disampaikan secara lisan maupun tertulis. Langkah-langkah kegiatan harus spesifik dan tidak bermakna ganda.

3.    Diskusi Post Laboratorium
Pada tahap ini mahasiswa mengemukakan data hasil pengukurannya dan kesimpulan mereka. Dosen dapat mengarahkan diskusinya sehingga mahasiswa dapat menggabungkan hasil pengamatan mereka dengan konsep yang dibahas dalam kuliah. Tahapan diatas bukanlah merupakan sesuatu yang baku. Dosen jika merasa perlu dapat menyelenggarakan diskusi pada pertengahan kegiatan prktikum. Untk mendapatkan informasi tentang kendala dan kemajuan yang diperoleh mahasiswa. Boleh juga dosen mengadakan peragaan pada awal kegiatan praktikum untuk merangsang mahasiswa mengemukan pendapatnya tentang hasil percobaan dan setelah itu mahasiswa diminta untuk merancang kegiatan untuk membuktikan dugaan mereka.

TATA TERTIB PRAKTIKUM LABORATORIUM FISIKA
ü Praktikan
1.              Hanya mahasiswa yang menurut peraturan telah memenuhi syarat – syarat (baik syarat akademis, lulus seleksi masuk dan syarat administrasi) untuk melakukan praktikum di Laboratorium
2.              Setiap kelompok praktikan diwajibkan memiliki buku harian (jurnal) Lab. Untuk mencatat hasil dan segala hal yang berhubungan dengan jalannya kegiatan pratikum

ü Praktikum
1.      Sebelum melakukan percobaan, semua hal yang berhubungan dengan teori, alat-alat, bahan, dan pelaksanaan percobaan harus telah dipahami benar-benar.
2.      Pengujian bimbingan akan dilakukan oleh pembimbing praktikum, setiap kali sesuatu percobaan akan dilakukan.
3.      Apabila pembimbing telah mengijinkan bahwa praktikum dapat dilaksanakan, pembimbing akan dan harus menuliskan tugas kepada kelompok praktikum pada formulir “LEMBAR PENUGASAN”. Tanpa ditentukannya tugas secara tertulis didalam formulir “LEMBARPENUGASAN”, kelompok praktikan tidak diijinkan melakanakan praktikum tersebut.
4.      Data yang diperoleh dari pengamatan dan atau perlu dicatat dari referensi harus dituliskan pada “LEMBAR DATA”.
5.      Segera setelah praktikum untuk sesuatu percobaan selesai, “LEMBAR PENUGASAN” dan “LEMBAR DATA” harus diserahkan kepada asisten.
6.      Setiap kali “LEMBAR PENUGASAN” dan “LEMBAR DATA” diterima asisten, maka olehnya harus diisikan tanggal dan paraf  “formulir bukti penyerahan”.
7.      Selama percobaan, aturan-aturan keselamatan harus diperhatikan dan ditaati, antara lain :
Ø Dilarang makan, minum dan merokok saat melakukan praktikum.
Ø Mengenakan baju lab dan sepatu.
Ø Diwajibkan menggunakan perlengkapan khusus sesuai dengan keperluannya dalam kegiatn-kegiatan tertentu.
Ø Melaporkan segala hal/kejadian kepada pembimbing atau asisten yang terdekat.
Ø Selama melaksanakan praktikum sekurang-kurangnya ada 2 orang di dalam ruang tempat bekerja.
Ø Melaporkan segala kerusakan/ketidakberesan di laboratorium, terutama yang berkaitan dengan sarana pendukung (air, gas, listrik dan udara tekan) kepada pembimbing atau asisten.
8.      Waktu praktikum sesuai jadwal yang telah dibuat, jika ada perubahan akan direvisi/disesuaikan (jadwal susulan).
9.      Setelah selesai melaksanakan praktikum diwajibkan untuk membersihkan dan merapikan alat-alat, menyimpan kembali ke tempat asal serta mematikan semua sarana pendukung yang  digunakan dan memutuskan aliran dari sumbernya.

ü Alat dan Bahan
1.      Peminjaman serta pemakaian alat dan bahan dari gudang dilakukan oleh praktikan. Dengan menggunakan bon peminjaman yang telah dibubuhi tanda tangan persetujuan dari pembimbing atau asisten masing-masing percobaan.
2.      Dalam bon peminjaman alat atau permintaan bahan tersebut harus dicantumkaan jumlah serta spesifikasi/kualitas yang diminta dengan jelas dan seksama, satu lembar bon hanya diperuntukkan bagi satu jenis atau satu macam bahan saja.
3.      Semua alat (instumentasi, barang gelas) yang dipinjam, menjadi tanggung jawab praktikan yang bersangkutan, dan dikembalikan dalam keadaan bersih dan baik. Dalam hal barang gelas yang dikembalikkan telah sedemikian kotor sehingga tidak dapat dibersihkan lagi, dianggap sebagai alat rusak dan harus diganti sesuai dengan aturan penggantian alat dari laboran.
4.      Dalam hal alat yang dipinjam merupakan satu set lengkap, harus kembali dalam keadaan satu set lengkap pula.
5.      Dalam hal menggunakan alat yang telah tersedia di Laboratorium, seperti timbangan, oven ataupun perkakas reparasi, harus sesuai dengan petunjuk masing-masing alat dan mengisi daftar pemakai yang tersedia serta seizin praktikan/asisten/laboran yang tengah bertanggung jawab terhadap alat tersebut.
6.      Semua alat yang dipinjam dari gudang tidak boleh dipindah tangankan.
7.      Bahan yang berlebihan dan masih baik harus dikembalikan ke gudang bahan yang seharusnya dapat diregenerasi (seperti silica gel), tetapi rusak karena kelalaian dalam pemakaian, dianggap sebagai rusak dan harus diganti.
8.      Kehilangan air raksa dari termometer harus diganti oleh praktikan yang bersangkutan.




ü Laporan
1.      Setelah percobaan harus dilaporkan dalam jenis laporan, jumlah dan format seperti yang telah ditentukan dalam petunjuk pembuatan laporan, serta dengan mempergunakan halaman muka yang disediakan.
2.      Bila sesuatu percobaan diselesaikan pada tanggal (n) laporan lengkap harus diserahkan pada waktu yang telah ditentukan
3.      Keterlambatan atas penyerahan laporan akan diperhitungkan sebagai pengurangan nilai laporan. Laporan yang diserahkan dalam jangka waktu keliapatan 24 jam setelah saat penyerahan yang ditentukan, akan dipotong nilainya dengan kelipatan 10 %.

ü Sanksi
1.      Pada praktikan/kelompok akan dikenakan sanksi atas setiap pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan di atas.
2.      Sanksi dapat diberikan oleh setiap pembimbing, koordinator atau wakil Koordinator Lab fisika.
3.      Sanksi berupa pemberian surat peringatan.

KENDALA-KENDALA KEGIATAN PRAKTIKUM
Temuan-temuan penelitian tentang belajar melalui kegiatan laboratorium di dalam pendidikan sains sangat mengejutkan dan tidak memuaskan. Kegiatan laboratorium sebagai medium untuk belajar pengetahuan kognitif atau bahkan untuk penguasaan keterampilan psikomotor bukti-bukti keefektifan waktu dalam kegiatan laboratorium tidak baik. Sejumlah masalah tampaknya mengakibatkan ketidakefektifan tersebut. Masalah tersebut menyangkut masalah implementasi dan insentif.
Kegiatan praktikum sains di sekolah sangat mahal baik dari segi uang, waktu dan sumber daya manusia. Oleh karena itu memasukkan pengalaman yang mahal ini ke dalam kurikulum sekolah tidaklah sederhana dan banyak masalah terutama di negara sedang berkembang tapi ada juga bukti di negara yang berkembang.



a.  Kurangnya Peralatan.
Negara-negara berkembang tidak enggan untuk merancang kurikulum sains dan menerima tantangan pendekatan berdasarkan praktikum (practical-based approach) dalam belajar sains. Namun demikian, banyak masalah yang muncul. Semua ini hanya sebagian dari masalah yang muncul jika pembelajaran sains menggunakan pendekatan berdasarkan praktikum dan hal ini akan membuat frustasi guru. Hasil belajarnya mungkin akan lebih jelek daripada belajar sains tanpa berdasarkan praktikum. Di negara-negara berkembang diperkenalkan “low-cost equipment” (peralatan biaya murah) untuk digunakan di sekolah-sekolah melalui dua cara yang telah dilakukan. Pertama peralatan dibuat dan didistribusikan oleh pusat secara nasional, kedua mungkin disebut peralatan tanpa biaya (no-cost equipment) artinya alat disediakan oleh pusat sumber belajar.
Di Indonesia peralatan laboratorium dibagai dari pusat (Departemen Pendidikan Nasional). Bahkan di negara lain selain Indonesia, guru-guru membuat peralatannya sendiri dan terkadang dibuat oleh pengrajin lokal. Walaupun sudah diberikan cara seperti di atas tetapi tetap tidak memecahkan masalah. Bahkan peralatan biaya murah  memunculkan masalah transportasi apalagi di Indonesia negara dengan wilayah yang sangat luas. Jika peralatan harus dibuat sendiri terkadang kesulitan untuk mendapatkan bahan-bahannya dan bahkan guru menjadi kelebihan beban dan tidak memiliki waktu luang untuk membuat alat walaupun memiliki keterampilan untuk membuatnya. Kesulitan lain adalah berkaitan dengan guru yang harus menggunakan alat-alat tersebut. Sebagian besar guru yang lulus dari universitas lebih terbiasa dengan peralatan standar. Peralatan standar tersebut sering berbeda  dengan peralatan yang ada di sekolah. Hal ini seperti terjadi di Indonesia. Kondisi seperti ini akan menjadi penghalang karena sikap dan harapan guru tak sesuai dengan harapannya untuk mengajarkan sains.
Hal ini tentu memerlukan biaya yang besar. Selain itu pelatihan yang dilaksanakan juga tidak melibatkan semua guru terutama guru di sekolah yang jauh dari kota seperti smu di kecamatan terpencil. Hal ini tentu saja mengakibatkan guru tak mampu mengoperasikan peralatan laboratorium.




b.  Menyita Waktu
Kegiatan praktikum memerlukan waktu. Sekolah-sekolah biasanya sudah memiliki jadual yang sudah pasti untuk setiap mata pelajaran dan tidak mempertimbangkan waktu praktikum. Guru sudah berketetapan untuk menggunakan waktu yang tersedia seefektif mungkin sehingga mampu menyelesaikan materi pelajaran sesuai tuntutan kurikulum.


























DAFTAR PUSTAKA

Heru, 2010, Jenis-Jenis Praktikum, web : http://heru-id.blogspot.com

Hilmi Adisendjaja , Yusuf , 2009, Peranan Praktikum Dalam Mengembangkan Keterampilan Kerja Laboratorium, web : http://file.upi.edu

Noname, 2008, Petunjuk Praktikum Laboratorium Operasi Tehnik Kimia, web: http://www.google.co.id/



Tidak ada komentar:

Posting Komentar