Laman

Sabtu, 29 Januari 2011


RESPON IKAN PADA PENCEMARAN AIR 
PENDAHULUAN

I.1       Latar Belakang
Air merupakan sumber kehidupan. Bila dihubungkan dengan klasifikasi resources yang ada yaitu alam, manusia dan budaya, maka air termasuk kedalam natural resource. Bagi kehidupan manusia air merupakan unsur penting dalam proses metabolisme dalam tubuh dan sekaligus sebagai sarana pengangkut hasil metabolisme.
Secara khusus pengaruh air tersebut dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Pengaruh air yang bersifat tidak langsung terhadap kesehatan adalah pengaruh yang timbul sebagai akibat pendayagunaan air yang dapat meningkatkan ataupun menurunkan kesejahteraan masyarakat.
Buangan-buangan inilah yang merupakan sumber-sumber pengotoran perairan. Meningkatnya aktivitas manusia dimaksud, dapat dilihat dengan semakin meningkatnya perkembangan industri, baik industri migas, pertanian maupun industri non migas lainnya, sehingga sangat berpotensi terjadinya pencemaran air, yang disebabkan oleh buangan limbah dari kegiatan manusia tersebut. Untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, khususnya terhadap kualitas air akibat aktivitas perkembangan industri, maka perlu dilakukan upaya pengelolaan dan pengendalian pencemaran kualitas air

1.2 Tujuan Percobaan
ü  Mengetahui proses osmosis dan respon ikan terhadap air yang tercemar.
ü  Mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi ketika ikan dimasukan kedalam polutan.
ü  Mengetahui ciri-ciri ikan yang terkena zat polutan
ü  Membandingkan konsentrasi antara zat-zat polutan serta hubungannya dengan tingkah laku ikan setelah dimasukan ke dalam polutan tersebut.
ü  Mengetahui perbandingan keadaan ikan pada air yang terkontaminasi zat polutan berbahaya, kurang berbahaya dan air normal.

I.3 Tinjauan Teoritis

a.  Air
Air merupakan sumber kehidupan. Bila dihubungkan dengan klasifikasi resources yang ada yaitu alam, manusia dan budaya, maka air termasuk kedalam natural resource. Bagi kehidupan manusia air merupakan unsur penting dalam proses metabolisme dalam tubuh dan sekaligus sebagai sarana pengangkut hasil metabolisme. air juga banyak berisi bahan-bahan organik yag berasal dari penghuninya maupun di tempat-tempat lain yang terbawa oleh air tersebut. Misalnya air selokan.
Kelas air adalah peringkat kualitas air yang dinilai masih layak untuk dimanfaatkan bagi peruntukan tertentu. Kriteria mutu air adalah tolok ukur mutu air untuk setiap kelas air. Rencana pendayagunaan air adalah rencana yang memuat potensi pemanfaatan atau penggunaan air, pencadangan air berdasarkan ketersediaannya, baik kualitas maupun kuantitas-nya, dan atau fungsi ekologis.  Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air. Status mutu air adalah tingkat kondisi mutu air yang menunjukkan kondisi cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan membandingkan dengan baku mutu air yang ditetapkan.

b.      Polusi  Air
Polusi air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, bukan dari kemurniannya. Air yang tersebar di alam tidak pernah terdapat dalam bentuk murni, tapi bukan berarti semua air telah terpolusi. Air hujan yang turun di pegunungan atau hutan terpencil dengan udara yang masih bersih dan bebas polusi selalu mengandung bahan-bahan terlarut seperti CO2, O2 dan N2 serta bahan-bahan yang tersuspensi seperti debu dan partikel lainnya yang terbawa dari atmosfir. Air permukaan dan air sumur biasanya mengandung bahan-bahan metal terlarut seperti Na, Mg, Ca dan Fe.
Air yang tidak terpolusi tidak selalu merupakan air murni, tetapi air yang tidak mengandung bahan-bahan asing tertentu dalam jumlah yang melebihi batas yang ditetapkan, maka air tersebut dapat digunakan secara normal untuk keperluan tertentu. Adanya benda-benda asing yang mengakibatkan air tersebut tidak dapat digunakan secara normal disebut polusi.

c. Ikan Gobi dan klasifikasinya
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Chordata
Class                : Actinopterygii
Orde                : Perciformes
Family             : Gobiidae
Genus              : Gobies
Spesies            : Gobies Gobies
Gobies yang membentuk keluarga Gobiidae, yang merupakan salah satu dari keluarga besar ikan, dengan lebih dari 2.000 spesies dalam lebih dari 200 genera. Sebagian besar adalah relatif kecil, biasanya kurang dari 10 cm (4) panjang. Gobies termasuk beberapa terkecil vertebrates di dunia, seperti spesies dari genera Trimmaton dan Pandaka, yang berada di bawah 1 cm (3 / 8) panjang bila Gobioides atau Periophthalmodon, yang dapat mencapai lebih dari 30 cm (1 ft) panjang, tapi yang luar biasa. Walaupun hanya sedikit yang penting sebagai makanan untuk manusia, mereka sangat penting sebagai mangsa untuk spesies komersial penting seperti ikan cod, haddock, bass laut, dan flatfish. Beberapa gobies juga menarik sebagai ikan akuarium, seperti gobies bumblebee dari genus Brachygobius.
Yang paling khusus aspek goby morfologi yang tergabung Fins panggul yang membentuk sebuah disk berbentuk parasit. Ini adalah alat fungsional sejalan dengan sirip sirip belakang alat yang dimiliki oleh remoras panggul sirip atau parasit yang lumpsuckers, tetapi berbeda anatomically: kesamaan ini adalah produk dari evolusi konvergen. Gobies sering bisa dilihat dengan menggunakan alat untuk mematuhi dan batu karang, dan di aquariums mereka akan happily menempel dinding kaca dari tangki juga.
d.      Reproduksion

Gobies melampirkan telur mereka ke substrat, seperti tumbuh-tumbuhan, karang, batu atau permukaan.. Mereka dapat meletakkan apa-apa dari lima sampai beberapa ratus telur, tergantung jenis. Setelah fertilising telur, pada jantan  untuk menjaga mereka tetap predator dan mereka tetap bebas dari detritus. Larvae yang transparan yang lahir, setelah mengembangkan

pewarnaan dispersing untuk menemukan habitat yang cocok. Banyak spesies air tawar yang dibawa ke hilir dari muara air payau, atau bahkan ke laut, dan hanya kembali ke air tawar minggu atau bulan kemudian.

Gobies dalam air hangat sampai dewasa dalam hitungan bulan, sedangkan di lingkungan yang dingin bisa memakan waktu hingga dua tahun. Jangka hidup total dari gobies bervariasi dari satu tahun untuk sepuluh tahun ke atas, sekali lagi dengan sabar spesies umumnya hidup lagi.
Beberapa jenis goby diketahui dapat mengubah jenis kelamin dari perempuan ke laki-laki, meskipun kebanyakan tidak melakukannya. Dalam spesies, sebagian besar individu yang lahir perempuan dan laki-laki harus membelanjakan banyak upaya dalam menjaga telur dari beberapa perempuan yang ia breeds.

e.  Simbiosis ikan gobi

Gobies kadang-kadang bentuk hubungan simbiotik dengan spesies lainnya. Beberapa goby jenis tinggal di simbiosis dengan burrowing udang.. Udang menjaga bersembunyi di dalam pasir yang baik goby udang dan ikan hidup. Setiap pihak keuntungan dari hubungan ini: udang mendapatkan peringatan dari mendekati bahaya, dan goby mendapat rumah yang aman dan tempat untuk meletakkan telur-nya in alpha Hanya laki-laki dan perempuan mereproduksi, ikan lain di koloni hemat makan untuk menolak dimakan alfa oleh jantan  atau betina.  Dengan cara ini hanya terbesar dan fittest dapat mereproduksi.
Contoh lain dari simbiosis yang ditunjukkan oleh neon gobies (Elacatinus spp.). Gobies ini dikenal sebagai "bersih gobies", dan membuang parasit dari kulit, Fins, mulut, dan gills dari berbagai jenis ikan besar. Aspek yang paling luar biasa ini adalah simbiosis yang banyak ikan yang mengunjungi gobies' pembersihan stasiun lain akan memperlakukan seperti ikan sebagai makanan kecil (misalnya, groupers dan snapper). Sekali lagi, ini adalah hubungan di mana kedua belah pihak mendapatkan: gobies yang terus mendapat pasokan bahan makanan seperti ikan besar kunjungan mereka membersihkan stasiun, dan ikan besar meninggalkan pembersihan stasiun sehat daripada mereka ketika mereka tiba.
f. Deterjen
Deterjen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air. Deterjen merupakan istilah yang digunakan untuk material padat atau larutan yang dapat membantu menghilangkan kotoran atau substansi asing lainnya di permukaan yang terkontaminasi. Biasanya deterjen di buat dari senyawa aromatik atau benzena yang direaksikan dengan asam sulfat, diikuti dengan proses penetralan dengan senyawa alkali untuk mengubah produk menjadi garam sodium nya. Penggunaan deterjen inisangat efektif digunakan baik untuk air sadah dan air dingin.
Suatu deterjen atau bubuk pencuci merupakan campuran dari berbagai komponen. Deterjen dibuat dengan mencampurkan bahan-bahan dalam bentuk slurry dan kemudian dikeringkan agar diperoleh granul-granul yang mengalir bebas. Biasanya deterjen memiliki komponen penyusun dengan komposisi yang bervariasi.Beberapa komponen penyusun deterjen adalah : surfaktan, builder ( sodium tripolyphospat, sodium karbonat ) , filler dan pemutih.
g. komposisi deterjen

ü  Surfaktan

Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan. Secara garis besar, terdapat empat kategori surfaktan yaitu:
a. Anionik :
    -Alkyl Benzene Sulfonate (ABS)
    -Linier Alkyl Benzene Sulfonate (LAS)
    -Alpha Olein Sulfonate (AOS)
b. Kationik : Garam Ammonium
c. Non ionik : Nonyl phenol polyethoxyle
d. Amphoterik : Acyl Ethylenediamines

ü  Builder

Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air.
a. Fosfat : Sodium Tri Poly Phosphate (STPP)
b. Asetat :
     - Nitril Tri Acetate (NTA)
     - Ethylene Diamine Tetra Acetate (EDTA)

ü  Filler

Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh Sodium sulfat.

ü  Aditif

Aditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contoh : Enzim, Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl Cellulose (CMC).
Bahan Baku untuk Pembuatan Deterjen
1. Bahan Aktif
Bahan aktif ini merupakan bahan inti dari deterjen sehingga bahan ini harus ada dalam pembuatan deterjen. Secara kimia bahan kimia ini dapat berupa sodium lauryl sulfonate. Sodium lauryl sulfonate dengan beberapa nama dagang dengan nama texapone, Emal, luthensol, dan neopelex. Secara fungsional bahan mempunyai andil dalam meningkatkan daya bersih. Ciri dari bahan aktif ini mempunyai busa banyak dan bentuknya jel (pasta).
2. Bahan pengisi
Bahan ini berfungsi sebagai bahan pengisi dari keseluruhan bahan baku. Pemberian bahan pengisi ini dimaksudkan untuk memperbesar atau memperbanyak volume. Keberadaan bahan ini dalam deterjen semata-mata dilihat dari aspek ekonomis. Bahan pengisi deterjen disini menggunakan sodium sulfat (Na2SO4). Bahan lain sebagai pengisi deterjen dapat mengguanakan tetra sodium pyroposphate dan sodium sitrat. Bahan ini berbentuk serbuk, berwarna putih dan mudah larut dalam air.

3. Bahan penunjang
Bahan penunjang deterjen adalah soda abu (Na2CO3) yang berbentuk serbuk putih. Bahan penunjang ini berfungsi sebagai meningkatkan daya bersih. Keberadaan bahan ini dalam deterjen tidak boleh terlalu banyak, sebab dapat menimbulkan efek panas pada tangan saat mencuci pakaian. Bahan penunjang lainnya adalah STPP (sodium tripoly posphate) yang juga penyubur tanaman. Ini dapat dibuktikan air bekas cucian disiramkan ke tanaman akan menjadi subur. Hal ini disebabkan oleh kandungan fosfat yng merupakan salah satu unsur dalam jenis pupuk tertentu.
Secara umum deterjen dibagi menjadi empat kategori :
a.Deterjen Anionik
Deterjen anionik merupakan senyawa yang memilki daya cuci pada gugus anion yang dimilikinya. Oleh karena itu senyawa ini perlu dinetralkan oleh alkalin atau material basa sebelum daya pencucian dikembangkan sepenuhnya. Deterjen anionik dikelompokkan dalam beberapa tipe, diantaranya adalah : alkyl aryl sulphonates, long-chain( fatty ) alcohol sulphates, olefine sulphates and sulphonates, sulphated monoglycerides, sulphated ethers, sulpho-succinates, alkane sulphonates, phospate ester, dan alkyl Isethionates.
b.Deterjen Kationik
Deterjen kationik merupakan senyawa yang memiliki daya cuci pada gugus kation yang dimilikinya. Meskipun tidak terdapat netralisasi pada proses produksi deterjen ini, namun material ini dinetralkan dengan asam kuat.
Deterjen kationik pada umumnya berasal dari senyawa-senyawa amino. Gugus yang paling efektif adalah garam amonium kuarterner dengan satu rantai panjang terikat pada nukleus nitrogen atau piridin kuarterner .

c. Deterjen Non-ionik
Deterjen ini tidak memiliki konstituen. Mayoritas paling luas dari seluruh deterjen non-ionik berasal dari hasil kondensasi etilen oksida dengan hydrophobe. Hydrophobe merupakan material dengan berat molekul besar dan memiliki satu atom hidrogen aktif. Material non-ionik merupakan salah satu dari produk utama reaksi-reaksi seperti : kondensasi dengan long-chain ( fatty ) alcohol. Kondensasi asam lemak, kondensasi etilen oksida dengan sebuah amina, kondensasi etilen oksida dengan amida, dan produk kondensasi antara etilen dan propilen oksida.
d.Deterjen Amfoterik
Senyawa ini mengandung gugus asamdan basa pada satu molekul. Salah satu metode dasar produksi deterjen amfoterik adalah reaksi antara asam lemak dan substituted ethylene diamine.
Dampak Negatif Deterjen
Surfaktan dapat menyebabkan permukaan kulit kasar, hilangnya kelembaban alami yang ada, mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung ke permukan kulit dan meningkatkan permeabilitas permukaan luar. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa kulit manusia hanya mampu memiliki toleransi kontak dengan bahan kima dengan kandungan 1 % LAS dan AOS dengan akibat iritasi ‘sedang’ pada kulit. Surfaktan kationik bersifat toksik jika tertelan. Bahan surfaktan yang terdapat dalam deterjen dapat membentuk chlorbenzene dengan senyawa klorida yang terdapat pada proses klorinisasi pengolahan air minum PDAM. Chlorbenzene merupakan senyawa kimia yang bersifat racun dan berbahaya bagi kesehatan.
          Pada awalnya surfaktan jenis ABS banyak digunakan oleh industry deterjen. Namun karena ditemukan bukti-bukti bahwa ABS mempunyai risiko tinggi terhadap lingkungan, bahan ini sekarang telah digantikan dengan bahan lain yaitu LAS. Ada dua ukuran yang digunakan untuk melihat sejauh mana produk kimia aman di lingkungan yaitu dayaracun (toksisitas) dan daya urai (bio- degradable). ABS dalam lingkungan
BAB II
METODE PENGAMATAN

II.1     Tempat dan Waktu Pelaksanan Pengamatan
ü  Kegiatan Pelaksanaan pengamatan respon ikan pada pencemaran air dilakukan di Laboratorium Biologi
ü  Waktu Pelaksanaan Pengamatan : Kamis 30 April 2009, pukul 14.40 – 15.40 WIB

II.2     Tempat Pengambilan Sampel
ü  Parit Selamat Ketaren
II.3     Alat dan Bahan
ü  Alat

No
Nama Alat
            Jumlah
1.
Botol aqua  1 liter
             4 buah
2.
Neraca digital
             1 buah
3.
Pengaduk
             1 buah

ü  Bahan
No
Nama Bahan
Jumlah
1.
Ikan gobi
30 ekor
2.
Deterjen daia 
65 gr
3.
Air bersih
4 liter


II.4      Prosedur Kerja

No
Prosedur Kerja
1.
Menyiapkan  alat dan bahan
2.
Menyediakan 4 botol aqua masing-masing diisi 1 liter air bersih
3.
Menimbang deterjen masing-masing 10 gram, 20 gram dan 30 gram
4.
Memasukkan deterjen yang telah ditimbang kedalam masing-masing botol aqua.
5.
Mengaduk deterjen dalam air hingga larut
6.
Memasukkan 5 ekor ikan gobi kedalam masing-masing botol aqua dengan ukuran seperti besar, berat dan panjang yang sama
7.
Mengamati respon ikan dan peristiwa-peristiwa yang terjadi ketika ikan dimasukan kedalam polutan dalam waktu 0’ – 5’, 5’ - 10’,
10’ - 15’,  15’ - 25’, 25’ - 30’
8.
Melihat perbandingan keadaan ikan pada air yang terkontaminasi zat polutan berbahaya, kurang berbahaya dan air normal.
9.
Mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan


BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
III.1    Hasil Pengamatan

TABEL PENGAMATAN
Waktu
Control
P1
P2
P3
0’-5’
Berenang didasar tabung
Ikan berada  ditengah-tengah botol aqua, 4 ekor ikan masih hidup dan 1 ekor ikan mati.
Ikan berada di permukaan air, 2 ekor ikan hidup dan 3 ekor lainnnya mati
ikan naik turun dari dasar kepermukaan ikan menggelepar, 1 ekor hidup dan 4 ekor mati
5’-10’
Melayang
Ikan melayang, 2 ekor hidup dan 3 ekor mati
1 ekor hidup dan dipermukaan air dan 4 ekor yang telah mati
Ikan mati semua, melayang-layang ditengah botol aqua ingsang mengeluarkan darah dan perut menggembung.
10’-15’
Naik ke permukaan
1 ekor hidup  
dan berada dipermukaan  
air dan  4 ekor yang telah mati
ikan mati semua dan turun kedasar permukaan

15’-20’
Kelima ikan berada didasar botol aqua
ikan mati semua dan turun kedasar botol aqua,  ikan mengeluarkan lendir, perut menggelembung dan ingsang mengeluarkan darah


20’-25’
2ekor  berenang  didasar tabung,
3 ekor berenang
dipermukaanair



25’-30’
4ekor dipermukaan air,
1ekor melayang kemudian  kedasar tabung





III.2    Pembahasan
Ø  Ikan Di Air Normal (Kontrol)
      Pada pengamatan ikan di air normal (kontrol), diperoleh data :
·         Pada waktu 0’-5’ :
      Berenang didasar tabung
·        Pada waktu 5’-10’ :
Berenang ke atas dan ke bawah
·        Pada waktu 10’-15’ :
            Kelihatan satu ikan mulai bergerak lambat,tetapi empat lagi masih sangat aktif bergerak.
·        Pada waktu 15’-20’
      Kelima ikan berada didasar botol aqua
·        Pada waktu 25’-30’
            4ekor dipermukaan air,1ekor melayang kemudian  kedasar tabung

Ø  Ikan di air dengan 5 gram detergen (P1)
Pada pengamatan Ikan di air dengan 10 gram detergen (P1), diperoleh data :
·         Pada waktu 0’-5’ :
ü  ikan berada ditengah-tengah botol aqua.
ü  4 ekor ikan masih hidup dan 1 ekor ikan mati.
·        Pada waktu 5’-10’ :
ü  ikan melayang, 2 ekor ikan  hidup dan 3 ekor ikan mati
·        Pada waktu 10’-15’ :
ü  1 ekor hidup dan dipermukaan air  dan 4 ekor yang telah mati
  • Pada waktu 15’-20’
ü  ikan mati semua dan turun kedasar botol aqua
ü  ikan mengeluarkan lendir, perut menggelembung dan ingsang menegeluarkan darah.

Ø  Ikan di air dengan 10 gram detergen (P2)
Pada pengamatan Ikan di air dengan 10 gram detergen (P2), diperoleh data :
Pada waktu 0’-5’ :
ü  ikan berada di permukaan air, 2 ekor ikan hidup dan 3 ekor lainnnya mati
·        Pada waktu 5’-10’ :
ü  1 ekor  hidup dan dipermukaan air  dan 4 ekor yang telah mati
  • Pada waktu 10’-15’ :
ü  ikan mati semua dan turun kedasar permukaan dan insang mengeluarkan darah
Pendarahan dan kematian disebabkan oleh racun dari deterjen masuk ke tubuh dan merusak plasma sel dan peredaran darah


Ø  Ikan di air dengan 15 gram detergen (P3)
Pada pengamatan Ikan di air dengan 15 gram detergen (P3), diperoleh data :
·         Pada waktu 0’-5’
ü  ikan naik turun dari dasar kepermukaan .
ü  ikan menggelepar, 1 ekor hidup dan 4 ekor mati
·        Pada waktu 5’-10’ :
ü ikan mati semua, melayang-layang ditengah botol aqua ingsang mengeluarkan darah dan perut menggembung.
BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari hasil pengamatan pengaruh detergen terhadap daya tahan tubuh ikan gobi ini adalah :
  1. Perilaku ikan Gobi pada air tidak tercemar adalah selalu hidup di bagian bawah perairan, sekali-sekali muncul kepermukaan, dan aktif beraktifitas (berenang) di bagian bawah perairan.
  2. Pengguanaan detergen yang melebihi konsentrasi dapat merusak ekosistem perairan . maka daripada itu terdapat tips dalam pengguanaan detergen yang layak yakni.:
a.       Menggunakan detergen secukupnya sesuia dengan kebutuhannya.
b.      Memilih detergen yang layak, misalnya yang telah tercantum bahan aktif penyusunnya.
  1. Daya tahan ikan Gobi berkurang seiring penambahan bahan pencemar pada suatu kawasan perairan.
  2. Konsentrasi detergen mempengaruhi daya hidup ikan gobi, semakin besar konsentrasi detergen maka semakin kecil kemampuan ikan gobi untuk bertahan hidup.
  3. Produksi lendir merupakan fenomena natural dari metabolisme tubuh yng tidak stabil karena proses osmosis yaitu konsentrasi di lingkungan lebih tinggi daripada di tubuh
  4. Pendarahan dan kematian disebabkan oleh racun dari deterjen masuk ke tubuh dan merusak plasma sel dan peredaran darah
  5. Tingkat pencemaran air sangat mempengaruhi biota-biota dalam perairan tersebut.

 
DAFTAR PUSTAKA


Alaert G, dan sumestri S. 1982. Metode penelitian air. Surabaya : Jurusan Teknik lingkungan. ITS
Putu F. Kurniawan. 2008. Tugas akhir program sarjana .. Jurusan Teknik Lingkungan  Bandung  : ITENAS

Soemarat,J.2003. Taksikologi Lingkungan Cetakan Pertama. Gajah Mada university press Yogyakarta.

Wardhana WA. 1995. Dampak pencemaran lingkungan. Yogyakarta : Andi Offset.

Tim Dosen. 2008. Penuntun praktikum ekologi hewan: Medan. FMIPA UNIMED

Sumber internet

http://id.wikipedia.org/wiki/detergen


Tidak ada komentar:

Posting Komentar